“Sebagai seorang ibu apa saya nggak boleh marah kalau lihat kelakuan
anak benar benar menjuengkelkan, ayah nya itu selalu belain saja, sementara
para pakar pendidikan mengatakan anak jangan dimarahi..mana yang benar..?.
Pertanyaan yang diajukan peserta seminar Smart Parenting yang diadakan sebuah
sekolah “Favorit” .
Kemarahan adalah salah satu
bagian dari dinamika emosi, dimana kemarahan merupakan tanda bahwa ada sesuatu
yang tidak sesuai atau dilanggar oleh pihak lain , dalam hal ini anak. Jadi
sebenarnya marah itu wajar bahkan perlu untuk memperbaiki keadaan. Namun yang
terjadi justru kemarahan berbuah hasil yang tidak baik bahkan permusuhan atau
rusaknya sebuah hubungan dikarenakan ketidak berdayaan dalam mengendalikan
emosi. Itu artinya marah adalah sebuah seni , seni mengelola emosi dan cara
“melampiaskannya”. Inilah beberapa cara untuk membuat marah kepada anak sebagai seni:
1.
Jangan sering marah marah pada hal yang tidak
penting karena saat anda harus marah atas hal penting maka anak sudah
menganggap bahwa kemarahan anda adalah hal yang biasa , sehingga kemarahan anda
menjadi tidak efektif. Jadilah orang tua
yang lebih piawai dalam mengelola emosi terutama kemarahan karena anak akan
belajar dari anda sebagai orang tua bagaimana meereka mengelola emosinya.
2.
Kemarahan anda bukan pelampiasan dendam atau
ketidak berdayaan anda dalam menghadapi
masalah. Banyak orang tua marah tanpa alasan atau marah tanpa kendali
bukan karena anak yang menyebabkannya ia marah melainkan karena perasaan cemas
atau marah yang tidak terselesaikan sehingga anak menjadi pelampiasan.
3.
Jaga ucapan agar anda tidak mudah memberi label
kepada anak, label yang diberikan kepada
anak bukan saja merusak harga diri anak sekaligus anak akan memperkuat perilakunya
atas label yang telah diberikannya tadi, ingatlah ucapan orang tua adalah do’a.
4.
Berteriak tak akan menyelesaikan masalah karena
teriakan anda hanya akan membuat anda menjadi stress dan otot menegang
sementara anak tidak tahu apa yang semestinya diperbaiki karena bisa saja
terkejut dan takut kepada anda. Anak
diajak duduk dan diberitahu apa yang salah adalah lebih baik daripada
berteriak.
5.
Jangan lakukan BPT alias bentak pukul dan
tendang karena hukuman fisik tidak akan menyelesaikan masalah justru
mendatangkan masalah baru. Trauma atas hukuman akan melekat lebih lama dalam
benak anaak dibanding sakit fisik akibat BPT yang bisa sembuh dalam beberapa
hari. Balum lagi terbentuk “pesan” terhadap anak bahwa setiap permaslahan bisa
selesai jika dengan kekerasan.
6. Katakan
secara spesifik penyebab kemarahan anda bukan menggunakan kata kata umum atau
mengeneralisir seperti “ perilaku mu itu
nggak ada benarnya selalu membuat mama tambah naik darah tingginya” .
Sebaiknya anda katakan, “mama marah sama
kamu karena begirtu mudah nya membanting mainan yang baru saja kita beli”.
7.
Sejak dini berikan penjelasan mengapa
perilakunya harus diperbaiki tanpa harus marah marah, jangan mengomel yang
tidak perlu tanpa memberikan alasan mengapa anda marah dan ciptakan rasa damai
dalam diri anak dengan pengertian sehingga terbuka wawasan dan pengertian anak
.
Idealnya marah
adalah upaya untuk memperbaiki keadaan, namun jika keadaan tidak bertambah
lebih baik dari kemarahan berarti ada yang salah dalam kemarahan anda. Temukan
seninya marah..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar