Senin, 31 Agustus 2015

How to Develop Moral Development Your Child: “Weneh -ana Contoh..!”

Many of today parent struggle to raise their children without  the help of extended family or religious training . They want to give their children a strong set of moral values, but they don’t know what they should do. There is some “strategic”  moral development for  your  child
Modul
 Be Consistent
Be Forceful & Persistent
Rule of Shame
Problem
When parents are inconsistent  about moral values , children tend  to lose respect  for them and often come resent them as well.
Permissive parents who don’t  insist that their children live up  to moral rulers tend children who are aggressive, self centered and irresponsible .
A child’s experience of shame consist of his inner voice telling him he did something wrong
Solution
The rules should be consistent,  as should the consequences of living up them or breaking them.
Parent must  let him know clearly and forcefully how moral values are important to their self
Parent can use role exchanging to resolve conflicts between parent and  their child
Qoutation
The child can learn  that people  can see thing differently and still handle  their disagreements reasonably and respectful.
Communicating feelings that will make children feel guilty or ashamed  should be reserved exclusively for moral training.
Let him know the impact of his actions are the feelings of others including your self.



Selasa, 25 Agustus 2015

Mengenalkan Perilaku Disiplin Pada Balita

Kalau saya tidak berteriak mana mungkin dia mau nurut !”. Begitulah kata mama yang harus segera memberi makan KEpada anaknya,yang berlarian. Dikarenakan ketidak sabaran orang tua untuk mengajak anaknya berbuat baik maka tidak jarang pendekatan ancaman yang membuat anak takut selalu digunakan dengan harapan anak akan menurut.

Padahal jika itu diteruskan anak hanya takut pada sosok mom atau pap saja, begitu sosok itu pergi pasti tidak takut lagi. Selanjutnya anak tidak takut lagi karena kebiasaaan menakut nakuti itu sudah dianggap biasa.

Minggu, 16 Agustus 2015

Kebutuhan Psikologis Balita Pada Kedua Orang Tua Bekerja



Dari “Aisyah  ra , beliau berkata: Fathimah datang gaya berjalannya persis dengan jalannya Nabi saw dan beliau menyambut dengan kata kata:  “ Selamat datang wahai putriku!, Kemudian beliau mendudukannya disebelah kanan atau sebelah kirinya. (HR Bukhari dalam Adabul Mufrad )

“Kakak nanti kalau butuh apa apa minta sama “Yuk”  yah...”, sambil tetap memegang tangan mama sang anak seakan enggan ditinggal  perigi bekerja. Tak dapat dipungkiri berbagai alasan terlontar banyak orang tua meninggalkan anaknya bekerja sementara anak dititipkan kepada pembantu atau  pengasuhnya, mereka bermain bersama pengasuhnya atau lebih asyik bermain sendiri. Padahal dampak psikologis dan sosial  dapat menggagu perkembangan anak dimasa depan  jika anak tidak mendapatkan bimbingan yang positif dari kedua orang tua kandungnya.

Senin, 10 Agustus 2015

Ayo Buat Lebih Cerdas Balita Melalui Bermain

Ayo pindahkan  gelang warna merah itu ke tonggak yang merah itu sambil dihitung ya berapa jumlahnya..”. Dan  beberapa anak pun secara gembira berlomba secara cepat menjalankan instruksi itu dengan gembira, tak ada kecemasan dan tangannya pun  terampil memilih beragam  warna gelang yang  berada dihadapannya.   Tanpa disadari keterampilan memilih itu telah meningkatkan kemampuan psikomotornya, memilih warna meningkatkan kemampuan kognitifnya dan perasaan senang meningkatkan afektifnya.

Senin, 03 Agustus 2015

Pembelajaran Pengenalan Diri Batita : Gender Identity



Ma, aku ingin pakai lipstik dan rok kaya mama”, kata dion  kepada mamanya. Lantaran Dion sang anak laki laki yang baru berusia 2,5 tahun ini sering mengamati perilaku sehari hari mamanya saat berdandan.

Pada usia batita penting baginya untuk mengenali dan menemukan identitas jenis kelaminnya (gender identity) untuk memperjelas siapa dirinya apakah ia perempuan atau laki laki.” Kalau aku pakai rok kalau kamu pakai kemeja”. Sering kita dengan obrolan dari para batita. Pemahaman ini akan terus menguat hingga dewasa tentang identitas dan peran gender yang harus diembannya. Peran orang tua amat penting bagi pembentukan identitas gender sehingga kelak tidak mendatangkan kebingungan akan gendernya.