Senin, 28 Februari 2011

Orang Tua Perfeksionis dampaknya pada Prestasi Belajar Anak.




Orang Tua Perfeksionis dampaknya pada Prestasi Belajar Anak.


Wasiati: Ayahnya anak –anak menuntut terlalu tinggi prestasi belajar anak saya…eh bukan malah tinggi prestasi anak saya kelas IX malah menjadi kian turun prestasi akademiknya ..!…!Kenapa ya kank..? Lantas apa dampaknya bagi prestasi belajar anak..?


Kank Hari ;ketika anak sudah beranjak remaja kesadaran akan konsep diri mulai kuat ,didalam pola pikirnya termasuk pengenalan diri melalui karakteristik psikologisnya sekaligus evaluasi tentang perilakunya.Misalnya anak sudah memegang teguh prinsip hidupnya sekaligus jika diberi hak berbicara maka biasanya secara rinci bisa menjelaskan perilaku yang tidak disukai dari kedua orang tuanya.Namun jika HAK bicara tak didapt tentu saja dapat menggangu konsentrasi belajarnya dan perkembangan emosi.

Dengan adanya persoalan “emosi ‘ dalam diri anak mereka bisa ‘demotivasi “ artinya menurunkan semangat belajar dan mengerjakan tugas tanggung jawabnya.Tindakan ini merupakan mekanisme mempertahankan diri denagn melakukan balas dendam(,”Biar tahu rasa Ayah kecewa karena aku tak prestasi”).Atau merasa tak ada perlunya berprestasi dan dirasa perilaku ayahnya tidak adil ,otoriter dan perfeksionis,(”Daripada nggak pernah menyenangkan ayah ,malas ah ngerjakan…!”.)

Perilaku yang muncul akibat perilaku orang tua yang perfeksionis adalah :

• Dalam kegiatan belajar dirumah anak selalu minta “dibantu” penjelasan pada hampir setiap mata pelajaran.Jika disekolah tidak memiliki keberanian bertanya kepada gurunya ia memilih diam walaupun tidak mengerti materi yang diajarkan. Hal ini disebabkan kecemasan anak karena ingin hasil sempurna. Dan takut salah/gagal.

• Kadang anak banyak bertanya bukan lantaran ingin tahu tapi lebih banyak mencari perhatian dan cirinya pertanyaannya tidak spesifik pada materi bahasan.Ini disebabkan perasaan takut disalahkan atau dianggap tidak mengerti materi yang diajarkan sekaligus hasarat besar untuk diakui.

• Jika ada iming iming hadiah dan pujian mereka bekerja lebih baik ,namun sering bingung dan lambat dalam menyelesaikan tugas.Dan selalu berharap ada orang dewasa (ortu/ guru ) didekatnya. Ini diakibatkan ia merasa nyaman jika didampingi ,anak merasa tidak berdaya melakukan sesuatu sendiri dengan baik.

• Anak bertambah kehilangan motivasi belajar dan cemas jika lingkungan sekolah tidak kondusif.

Maka orang tua bersama guru dapat bekerjasama dalam melakukan tindakan perbaikan perilaku;

Pertama, Orang tua harus kompak dalam mene ntukan skap mendidik anak,dalam hal ini kemampuan ibu berkomunikasi dengan suami tentang resiko terburuk dari perfeksionis.

Kedua ,menentukan system penghargaan yang sesuai denagan tingkat pencapaian prestasi anak,bisa dalam bentuk materi atau kalimat pujian . Perlakuan istimewa seperti waktu bermain dan rekreasi.termasuk perhatian / perilaku orang tua dan guru yang mendukung upaya pencapaian prestasinya.

Ketiga Evaluasi komitmen yang telah anda buat bersama dia saat melakukan system penghargaan yang diterima anak. Evaluasi anak ini berguna untuk mendapatkan informasi harapan dan kecemasan anak.Juga termasuk cara yang pas dalam menentukan target yang realistic kepada anak.

Selamat berkompromi denagan suami dan semoga sukses

Jumat, 25 Februari 2011

Mogok Belajar karena Cemas dan Kecewa


Mogok Belajar karena Cemas dan Kecewa

Gendis :Kank ,Saya kasihan sama Deni kelas VIII siswa saya, yang selalu mengeluh ;”orang tua saya sering marah dengan hasil ulangan yang saya sudah perjuangkan,Saya selalu disudutkan,apalagi kalau saya tidak belajar,itu yang membuat saya sangat cemas dan sedih. Saat ini dia ngambek belajar . Apa yang terjadi Kank Hari…?

Kank Hari :Kebanyakan orang tua beranggapan bahwa prestasi sekolah itu adalah prestasi akademik seperti nilai ulangan,raport atau bahkan nilai ujian..Namun seringkali orang tua mendahulukan rasa marah daripada menelusuri sebab anak gagal meraih prestasi yang diharapkan

Orang tua pun beranggapan bahwa pendekatan otoriter dengan menekan dan mengutamakan marah dianggap cocok dalam mengendalikan perilaku belajar anak.Disisi lain orang tua tidak tahu bagaimana caranya berdialog dengan anak tentang perilaku belajarnya .


Harapan , kecemasan dan pengalaman traumatik tentang prestasi belajar di masa lalu bisa menyebabkan orang tua makin kencang “mengendalikan ‘ perilaku belajar anaknya.Serta persepsi kesuksesan masa depan diraih dari prestasi akademik juga merupakan alasan orang tua menjadi terlalu keras kepada anak.

Ajaklah siswa anda introspeksi diri bahwa dirinya telah belajar dengan baik dan bertanggung jawab. Dikarenakan salah satu penyebab orang tua marah karena belum melihat anaknya benar benar belajar atau tidak belajar.

Perilaku Deni yang ngambek belajar itu, merupakan perilaku mempertahankan ego menghadapi tekanan orang tuanya.Namun yakinkan padanya , ngambek yang berkepanjangan membuat dia ketinggalan materi pelajaran yang semestinya sudah dikuasai.Disamping tentu juga sama dengan “membuka medan peperangan” yang lebar dengan orang tuanya.

Ajaklah Deni menganalisa kegagalan meraih prestasi belajarnya.Selanjutnya berikan motivasi agar ia bisa menunjukkan ketekunan agar orang tua melihat kesungguhanya.Minta dia tidak marah dan tidak mogok belajar, meski orang tuanya “menyerang”.Diharapkan dengan ketekunan belajar anak dapat meningkat prestasi belajar. Jika anda memang tahu batas kemampuan Deni,berjanjilah kepadanya untuk ikut membicarakan problem belajar Deni dengan orang tuanya.

Ekplorasi keberbakatan Deni ,ini akan membuatnya memiliki rasa percaya diri yang kuat dandapat memotivasinya untuk suka kesekolah .Karena Deni mesa diakui kemampuannya. Sarankan Deni untuk mengembangkan bakatnya sehingga dapat mencapai prestasi yang dapat mengangkat harga dirinya. Berikan pengertian kepada orang tua Deni tentang prestasi berbasis kecerdasan majemuk anak, Multiple Intelligent.

Jka perlu adakan parenting education seminar berkesinambungan dengan mendatangkan pakar pendidikan disekolah anda ,agar orang tua siswa memiliki pemahaman yang benar tentang persekolahan.Sekaligus karena pemahaman yang benar itulah diharapkan orang tua siswa dapat mendukung kesuksesan proses kegiatan belajar mengajar disekolah Ibu.

Kamis, 24 Februari 2011

Minat dan Prestasi anak


Bu Siani Chandra ; Ayahnya memaksa Vita agar kelak di SMA masuk IPA agar kelak bisa jadi dokter seperti cita cita ayahnya dulu. Padahal Vita saat ini tidak berminat jadi dokter apalagi pelajaran IPA nya tidak terlalu bagus,lantas .Apakah pengaruh minat anak dalam prestasi belajarnya….? Dan bagaimana mengenali minat anak….?



Kank Hari: minat memiliki daya dorong yang besar bagi keberhasilan hidup anak. Anak anak yang berminat terhadap sesuatu pasti memiliki semangat dan antusiasme yang tinggi untuk keberhasilannya.Biasanya anak yang berminat bisa berusaha lebih keras daripada yang tidak ,pada kegiatan yang sama.Contohnya:” anak yang berminat pada sastra,ia akan tahan berlama lama mencari literature sastra di berbagai perpustakaan sementara temannya dapat dipastikan “lari “dari bergelut dengan buku –buku kuno.,

Minat seorang anak sangat bervariasi tergantung dari stimulasi informasi yang diterimanya dan kemampuan serta pengalamannya belajar,baik dirumah,disekolah ataupun lingkungannya.Minat biasanya muncul dari pengalaman belajar seperti coba coba,dimulai dari rasa ketertarikan terhadap sesuatu lalu bersemangat mengerjakannya.

.Ketertarikan sesaat itu bukan minat karena anak bisa bosan dan biasanya ditinggalkan.Karena ituorang tua harus peka pada saat anak melakukan uji coba denagn membimbingnya.. Dengan demikian minat akan bisa berkembang optimal.

Sejak dini minat anak sebenarnya bisa diarahkan apabila orangtua mengenalkan harapannya melalui kegiatan sehari hari,menunjukan sesuatu yang ada dilingkungannya dsb . Dalam kasus Ibu, Vita sejak kecil bisa dibiasakan bertemu dokter kesayangan keluarga ke rumah sakit dan memberi cerita positif dsb. Sehingga imajnasi anak dapat membuatnya tertarik menjadikan cita cita, Sehingga anak berupaya untuk berminat menggelutinya.Bukan dengan memaksakan kehendak karena hal ini menimbukan kebencian dan penolakan yang berakibat pada prestasi belajarnya.

Dituntut kesabaran orang tua dalam mendampingi anak berjuang mewujudkan minatnya,.Sebagai orantua kesabaran anda diuji dengan kemampuan mengamati anak,bersedia berkomunikasi secara dialogis serta memelihara minat yang pernah dicobanya dan yang berhasil dikerjakannya.Ketidak berhasilan orang tua membina komunikasi yang harmonis membuat remaja kecewa dan menarik diri.

Segera berkomunikasi dengan suami ,ajak melihat realita minat anak dan jika perlu segera berkonsultasi kepada ahlinya,psikolog /psikiater . untuk mendapatkan penguatan pemahaman minat anak.

Rabu, 23 Februari 2011

Tips : Mengatasi Pengaruh Buruk Teman



Tips : Mengatasi Pengaruh Buruk Teman


Astuti : Kank ,saya yakin anak saya dapat saya didik dengan baik. Tapi bagaimana dengan pengaruh buruk teman ,padahal anak saya sangat setia pada temannya..?
Apakah boleh saya langsung melarangnya dan apa dampaknya bila itu saya lakukan..? Anak saya kelas VII.



Kank Hari:Di usia putra ibu ,peranan teman amat kuat pengaruhnya bagi dirinya . Dibanding pengaruh orang tua ,guru atau para “orang tua” lainnya kebutuhan berteman baginya adalah sangat penting bagi proses perkembangan psikososioseksualnya. Artinya putra ibu dapat menjalankan peran sebagai remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan temannya sekaligus pengahayatan peran akan gendernya. Hal ini penting untuk pembentukan identitas diri. Karena itulah peran teman memberikan kontribusi pada perilakunya. Persoalannya adalah bagaimana jika temannya memberikan pengaruh negative padanya..?

Melarangnya secara frontal agar mengindari temannya akan menimbulkan perasaan dikucilkan teman. Perasaan ini kan membuat perubahan perilaku pada dirinya sekaligus menimbulkan kecemasan ,seperti ;

• Perasaan terisolasi dan kesepian karena kebutuhan berteman tak terpenuhi padahal kebutuhan ini penting bagi aspek perkembangan sosialnya.

• Kepribadian tidak sehat karena merasa “terancam “ dan tidak bahagia akibatnya konsep diri menjadi negative.

• Akhirnya menimbulkan ‘kesetiaan “berlebihan kepada kelompoknya dengan harapan akan diteriama oleh gengnya.Sekaligus anak tiadak memiliki pengalaman belajr bersosialisasi.

Karena itu anda harus rela bertoleransi terhadap anak jika memang tidak mengancam masa depannya.Maka anda perlu melakukan “strategi pendekatan” agar anak mengerti kecemasan anda.

Pertama :Jangan terburu –buru memaksa anak memutuskan pertemanan mereka.

Upayakan tidak mengkritik atau member label negative temannya. Hanya membuat anak merasa sakit hati dan mencuri curi waktu untuk bertemu temannya, bahkan membangkang seruan anda”.Dudukan” Dia katakan denagan kasi saying kekhawatiran anda tentang perbuatan yang anda tidak sukai. Seperti melanggar aturan atau disipiln sekolah itu merugikan diri sendiri.


Kedua :Nyatakan perasaan anda dan buatlah komitmen bersama anak dengan aturan yang jelas dan tegas. Jelaskan konsekuensi logis bila komitmen itu dilanggar yaitu harus benarbenar putus dengan temannya itu.bangunlah pemahaman dan pengertian anak agar ia bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri sekaligus konsekeunsi logis yang bakal diterimanya.sekalipun dia masih menjalin denagan teman yang tida anda sukai


Ketiga:Menguasai diri adalah kunci anda menguasai keadaan dan jangan terbawa emosi.Jika anda bisa tenang saat ia benar benar melanggar ketetatapan yang telah anda sepakati bersama anak. Katakan untuk pelanggaran yang telah anda sepakati tak anda tak bisa member toleransi. Tahan amarah anda,tenangkan diri agar anak bisa menenangkan diri mempertanggung jawabkan perbuatannya.Tanyakanlah alasannya mengapa dia melanggar,biasaya anak yang tertekan oleh gengnya akan mengatakan “saya tahu ma, itu melanggar atapi kansya harus setia kawan…!”

Maka ketrampilan anda menjawab, untuk meluruskannya perilakunya adalah kunci membangun kesadaran dirinya ,misalnya;”sekalipun seluruh temanmu melakukan kesalahan tapi kesetiaan yang kamu lakukan itu tidak benar,mama kecewa dengan kepercayaan yang mama berikan kepadamu…!’ajari dia meminta maaf,mengganti kerugian atau memperbaiki perilakunya terhadap orang lain . Termasuk resiko resiko terburuk jika harus berurusan dengan pihak berwajib

Selamat mencoba bu.!

Jumat, 18 Februari 2011

Kamu Masih Kecil !!!


Kamu Masih Kecil !!!


Mungil ,begitu ia disebut .Merasa dongkol karena harapannya untuk dianggap sudah dewasa tak kunjung kesampaian. Meskipun saat ini dirinya sudah kelas XI:”saya sering dikungkung sama papa- mama,semua kegiatan saya selalu diminta lapor.Bahkan ketika mereka bertengkar saya mencoba member masukan…nggak usah ikut campur begitu katanya kank.Saya sedih kank sekaligus dongkol mengapa “suara saya tidak dianggap. Apa yang mesti saya lakukan supaya mereka tahu klo aku sudah GD ?,Katanya sambil menitikan air mata .

Saya mencoba mendengar keluhan nya tanpa banyak bertanya…lalu Mungil melanjutkan: “Ditambah lagi, kank beberapa guru yang saya pikir bisa memperlakukan saya sebagaimana mestinya malah sama saja dengan mama,mereka bilang memang saya pantas diperlakukan begitu . Karena kata mereka mama-papa saya begitu karena sangat mencintai saya…saya tahu itu , kank. Tapi kok guru ku nggak ngertiin perasaannku …!”


“Oke !,pernahkah kamu tanyakan dan nyatakan bahwa perlakuan mereka yang menganggap kamu masih kecil itu menyakitkan perasaan mu…?”


“Ya !, mereka bilang pokonya papa- mama gak pingin kamu neko –neko …!’Itu jawabnya kank”.


Kebiasaan menganggap anaknya masih kecil oleh orang tua pada umum nya disebabkan anak dianggap masih terlalu sedikit pengetahuan dan pengalaman tentang arti hidup,orang tua mempertahankan ego pibadi sehingga sulit menerima saran –masukan apalagi kritikan dan orang tua memiliki latar belakang pengalaman traumatik serta kurang harmonisnya kehidupan rumah tangga. Akibatnya para orang tua melakukan pengalihan “kepedihan”diri sendiri kepada anak.

Sedangkan biasanya reaksi anak dalam menghadapi perilaku orang tua yang seperti ini,menjadi cuek ataupun caper guna memenuhi kebutuhan rasa pengakuan guna pencarian jati dirinya.

Lantas bagaimana caranya agar anak menyadari kondisinya dan bagaimana mempercayainya…?

Pertama ,CEK perlakuan Anda kepada Anak. Ketika anda menganggap anak sebagai anak kecil apakah lantaran anda melihat ketidak berdayaannya atau justru anda tidak berya mengatasi “persoalan” anda sendiri. Sehingga perlakuan anda kepada anak bukan sekedar pelepasan emosi negatip yang anda rasakan.

Kedua ,Yakinkan Diri ,bahwa anak harus belajar dan diberi kesempatan belajar untuk membuktikan bahwa dirinya sudah “dewasa”. Mulailah membuka kran komunikasi dengannya dengan dialog dan mendiskusikan pilihan siakap yang diambil sekaligus konsekuensi logisnya. Siaplah menerima perbedaan yang bakal terjadi antara anda dan anak.Ajari anak untuk berani ungkapakan pendapatnya dalam pemecahan persoalan persoalan yang dihadapi keluaraga…miliki kebesaran hati untuk mengahargai dan mengerti harapan serta gagasan anak.


Di masa depan anak anak butuh rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan zaman..!