“kenapa kamu merampas mainan dino , putranya om..?”
“Pokoknya aku pingin mainan
nya , mama ..!”
“Jealously and Rivarlry is
another obstacle to love . A child’s
first fight arise from rivarlry over objects , territory and parental
affection” . Hartup , W.W Aggression in childhood: Developmental
prespective. American Psychologist
Begitulah keluhan seorang ibu
tentang anaknya yang baru saja merampas mainan
teman sebayanya dikarenakan perasaan iri hati. Iri hati merupakan sifat khas balita
dikarenakan anak usia ini memiliki kepekaan pola pikir menemukan hal hal baru
untuk dirinya.
Mereka selalu mengukur dirinya
terhadap kelebihan anak anak lain
sehingga muncullah perasaan iri hati. Anak usia balita memiliki kesadaran
tentang arti kompetisi atau persaingan. Seringkali merampas mainan atau benda yang menimbulkan irihati, lantaran anak
merasa tidak memiliki kelebihan atau benda yang dimiliki anak lain.
Sekalipun perkembangan rasa iri
hati pada balita dianggap wajar namun jika dibiarkan akan mencederai
pembentukan sistem nilai dan karakter anak dimasa depan misalnya sifat egois, perasaan tidak
nyaman, cemas , hasrat ingin menguasai , dsb. Sehingga dapat mempengaruhi
kepribadian dan interpersonal atau
hubungan sosial dengan orang lain. Dibutuhkan pedampingan orang tua untuk
mengarahkan emosi negatif anak agar anak dapat mengatasi nya dengan baik. Adapun
cara caranya sebagai berikut :
Anak butuh apresiasi
“terima kasih. adek mau menunda
beli mainan seperti punya teman mu “
Pujian bagi anak dapat menguatkan harga diri nya sehingga pujian akan
memperkuat perilaku positifnya, anak cenderung akan dapat menahan diri ,
mengerti kondisi orang tua dan tidak memaksakan kehendak untuk menuruti
kemaunnya karena kebutuhan untuk dihargai telah terpenuhi melali pujian orang
tuanya tadi.
Anak harus belajar bertanggung jawab
“ adek tahu merampas itu tidak baik , ayo kembalikan mainannya dan
minta maaf..!”.
Anak perlu mengetahui batas hak
pribadi dan hak orang lain dismping anak perlu dibiasakan meminta maaf jika
melakukan kesalahan. Memberikan pembelajaran
untuk bertanggung jawab merupakan keterampilan yang dibutuhkan di masa
depan. Dampingi anak jika anak merasa malu untuk mengembalikan mainan yang
terlanjur diambilnya dan meminta maaf.
Biarkan anak berlatih sabar
“Nggak apa apa dek, mungkin bukan saat ini kita bisa membelinya..!”.
Manusia memiliki keterbatasan,
yakni tidak semua keinginan dapat terpenuhi dan mendapatkannya secara mudah.
Perjuangan , kesabaran dan waktu merupakan upaya yang harus dilakukan untuk
memenuhi keinginan yang akan diraihnya. Anak anak perlu belajar sistem nilai
ini agar mereka menghargai proses pencapaian sekaligus terlatih menunda
kesenangan sebagai cikal bakal tumbuhnya kecerdasan emosional
Buat anak lebih PD
“tidak apa apa kali ini kamu kalah , nanti dialain waktu kamu pasti
menang”
Ajarkan anak untuk menerima
kenyataan namun disisilain anak membutuhkan reinforcement untuk percaya diri
guna menghadapi persaingan. Ajaklah anak mengenali kelebihan dan keunikan ,
dorong dia untuk memperbaiki diri dan mendapatkan pengalaman berhasil, yakinkan
dirinya bahwa dia dapat meraih sukses jika bersedia berjuang lebih keras.
Lakukan negosiasi
“ Mungkin saat ini kita tidak bisa pergi , tapi kita bergembira dengan
buat roti puding bareng bareng”.
Ketika orang tua tidak ingin
mengabulkan permintaan anak dengan berbagai alasan dan anak memaksa maka cara
sederhana adalah dengan bernegoisasi dengannya. Tawarkan alternatif pengganti
dari keinginannya sebagai kompensasi atas tidak dapat terpenuhinya keinginan
mereka. Boleh saja anak merasa tidak dapat memiliki benda atau fasilitas yang
tidak mungkin dimilikinya namuan bukan berarti anak tidak bisa bahagia.
Buat anak lebih mengerti
“ andai mama punya uang banyak ,
mama ingin belikan mainan yang kamu minta , tapi kali ini uang mama itu untuk
membeli beras “.
Anak bisa dibuat mengerti tentang
pentingnya arti pemenuhan kebutuhan dasar dibanding sekedar memenuhi
keinginannnya. Oleh karena itu orang tua dapat memberikan pengertian kepada
anak secara sederhana dan sabar sehingga anak lebih mudah memahami kesulitan
orang tua. Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar