“ Mama aku
ingin pada lomba kali ini akulah juaranya, pasti bisa deh..”. Celoteh balita
lucu ini kepada mamanya saat kompetisi kreatifitas di sebuah taman hiburan anak anak.
“Even two year olds understand that other feelings and
by four a child can bequite good recognizing situations that make people happy,
sad , angry and affraid. By that age chid is certainly capable of recognizing
that his own behavior can make people feel good or bad. The more you focus your
child on people feelings, the more likely his own natural emphaty will be
a rosed and the more helpful he’ll want to be........”. Barnet K, Children’s
Cognition about Effective Helping.
Seorang
bocah yang memiliki rasa percaya diri biasanya akan memiliki rasa penghargaan
terhadap dirinya sendiri, mereka merasa bisa, merasa akan berhasil, merasa
dapat tampil yang terbaik, tidak takut mengungkapkan perasaannya dan menyukai
diri sendiri. Tentu saja mereka adalah hasil dari proses stimulasi dan pola
asuh dari orang tua dan orang dewasa disekitarnya. Lantas bagaimana agar anak
memiliki harga diri yang positif:
Usia 0-2 Tahun
Pada usia
bayi respon sensori motorik memiliki peranan penting pada pembentukan kognitif
dan kepribadiannya oleh karena itu bayi lebih membutuhkan “perasaan “ nyaman
dan aman dari orang sekitarnya.
Perlakukan bayi anda baik dalam psikis maupun
sentuhan fisik dengan penuh perhatian, kasih sayang dan pola asuh serta
perawatan yang dapat membuat dirinya merasa percaya bahwa anda sangat
menyayanginya. Sehingga dia merasa percaya kepada dirinya sendiri karena dia
percaya kepada perlakuan anda kepadanya dengan penuh kasih sayang.
Usia 3-4
Pada usia 3-
5 tahapan anak berpikir pada ranah kongkret , artinya sulit bagi anak untuk
diajak berpikir konsep atau abstrak
dengan demikian seorang ibu /ayah harus dapat menciptakan situasi dan
kondisi yang bisa dirasakan dan dialami
anak secara kongkrit dalam menumbuh kembangkan harga dirinya seperti
-
“adek boleh kok gambar apa saja atau mencoret
coret tapi di kertas yang mama sediakan atau dipapan tulis itu’. Hal
tersebut memberikan dorongan kepada anak untuk mengeksplorasi diri tanpa
membatasi dengan berbagai larangan yang tidak perlu, seperti tembok bersih
pakai cat anti luntur dari luar negeri dsb.
Sehingga anak merasa dihargai
kepentingannya secara kongkrit.
-
“nggak apa apa nanti kita bersihkan
bersama nasi yang berserakan ini, tapi adek hebat sudah bisa maem sendiri
sampai habis”. Anak merasa
terpenuhi kebutuhan dihargai lantaran orang tua telah memberi motivasi dan
menghargai upaya anak walaupun belum berhasil secara sempurna .
-
“
Mam suka pada adek karena sesuai mainan pasti dibereskan”.Buatlah anak dihargai seperti apa
adanya , jangan bandingkan dengan anak atau saudara nya yang lain saat pada
usia yang sama mungkin lebih baik . Dikarenakan pembandingan itu dapat merusak
harga dirinya sekaligus dapat memunculkan rasa permusuhan antar saudara, sibling rivalry .
Usia 5-6 Tahun
Pada usia 5 –
6 tahun anak sudah mulai ingin memiliki teman sepermainan, mereka sudah mulai
melepaskan diri dari sifat egosentrisnya, anak belajar untuk bisa menyenangkan
orang lain sekaligus anak sudah mulai belajar meniru berbagai gaya orang dewasa
yang dianggap menarik.
-
“ Gambar pemandangan kamu indah itu ada bunga matahari ditengah pemandangan”.
Pujian yang jelas dan deskriptif dapat memperkuat pemahamannya bahwa pujian
bukan sekedar menyenangkannya tapi sebuah perhatian serta penghargaan atas
upaya yang sudah dilakukannya.
-
“Nanti adek boleh ikut ke supermarket
kita belanja sayur dan buah ya..”. berbelanja bersama anak, membacakan cerita bermain
bersama anak akan membuat anak merasa kehadirannya dibutuhkan oleh orang
tuanya. Jadilah sahabat baik bagi balita
anak agar anak makin kuat harga dirinya.
-
“Tidak apa apa kali ini hasil gambar
belum dapat nilai A dari guru mu, nanti kamu pasti bisa buat yang lebih baik”. Pengalaman belum berhasil bagi
anak balita semestinya adalah proses dan pengalaman pembelajaran yang dapat
memperkuat harga dirinya, oleh karena itu jangan pernah menyalahkan atau
memarahi anak yang sedang menjalani proses belajarnya sebagai tahapan tumbuh
kembang kepribadiannya. Berikan semangat dan ajaklah untuk mengevaluasi
sebab kegagalannya. Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar