“Adek, nanti kalau papa mama datang kita minta pergi
ke resto favorit kita ya”. Seorang batita lucu berbicara dengan guling kesayangannya.
Mengapa anak
berbicara sendiri dengan gulingnya..?, Dimana masa balita anak belum bisa
membedakan antara khayalan dan dunia nyata , bahkan yang khayal itupun dianggap
nyata, maka benda benda diskiternya akan dijadikan teman bicaranya.Disamping
itu perkembangan psikologis batita lebih terfokus pada dirinya sendiri , sering
disbut sebagai egosentris bahasa sederhananya aank asyik dengan dunia nya
sendiri.
Menurut Louis W Sander dalam tulisannya, “Issues in Early Mather-Child Interaction” in Infant Pshyiatry: A New
Synthesis, mengatakan : “in part, at least, on the balance the
mother can maintain between her emphaty with what she feels are the childs
needs and her objecitivity in viewing him as an individual apart from her own projections and displacemenets”.
Namun cukup
banyak orang tua yang kurang faham akan dinamika psikologi batita tentang teman
khayal/ teman imajinasi anak ini dengan menyebut anak sebagai pengkhayal atau
lebih serem lagi dibilang “belajar gila”. Padahal pelabelan kepada batita pada
tahap ini hanya akan menyakiti perasaan anak dan merusak perkembangan
psikologi sekaligus menghambat kreatifitas batita.
Lebih baik membantu anak untuk mengerti tugas perkembanganya seperti “Bilang si adek barbie ya, kamu mau tidur..”
Lambat laun seiring perkembangan usia anak teman imajinernya akan ditinggalkan
dan akan berteman dengan teman teman sebayanya.
Teman imajiner
yang dimiliki batita menandakan anak memiliki imajinasi dan daya kreatifitas
tinggi, melalui teman imajiner anak dapat mempersonifikasi benda sesuai dengan
imajinasi nya terhadap benda itu. Misalnya “aku
ngga bisa bobok dimobil kalau adik manis ku, guling kesayangan-ku nggak aku
bawa”.
Teman
imajiner menunjukan bukti bahwa batita telah menjalani proses perkembangan
kognitif secara normal, Misalnya ketika anak memecahkan pot kesayangan mama dikarenakan
anak tidak ingin disalahkan dan tidak boleh berbuat salah sekaligus masih dalam tahap egosentris, maka anak akan berbicara kepada teman imajinernya, “ nanti kalau mama marah bantu aku ya untuk
menjelaskannya..!”. Selanjutnya orang tua harus siap memaafkan kesalahan anak sambil menjelaskan duduk
persoalannya, “kita sama sama sedih, tanya sama temanmu pot kesayangan kita
telah pecah”. Dengan begitu anak dapat menyadari kesalahannya dan belajar untuk
tidak mengulanginya.
Teman
imajiner berguna untuk penyaluran emosi anak, dikarenakan anak biasanya dalam
kondisi lemah, tidak berdaya dan tidak dapat menjawab serta membela diri saat
menghadapi “tekanan” orang tua/sosok dewasa lainya. Oleh karena itu teman imajiner bagi anak akan
dijadikan “teman curhat “ oleh mereka. “ Aku
nggak suka sama nenek , dia jahat banget ,tadi kamu lihat nggak kita
dimarahi..!”.
Melalui
teman imajiner anak dapat berkembang rasa percaya diri dan kemampuan
memimpinnya. Ketika anak merasa tidak berdaya dengan beragam aturan orang tua,
anak menggunakan teman imajiner untuk menunjukkan kekuasaannya dengan mengatur
teman imajinernya, “ kamu duduk disini
yang tenang ya jangan ramai..kakak mau minum susu dulu..”.
Beberapa
manfaat dari teman imajiner anak adalah
batita memiliki keragaman bahasa
dalam berbicara dengan teman imajiner, kemampuan imajinasi, meletih
keterampilan emosi dan mengembangkan daya kreatifitas. Jadi bagi batita
memiliki teman imajiner bukan lah sesuatu yang salah melainkan wajar dalam perkembangan
psikologisnya. Malalui teman imajiner anak belajar mengambangkan rasa percaya
dirinya...(bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar