“Ya
Tuhanku berilah aku ilham untuk mensyukuri nikmat MU yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ,ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau Ridhai dan masukanlah aku ke dalam rahmatMu ke dalam
golongan hamba hambamu yang saleh”. Qs an Najm : 19
Case
Study
“Saat
ini siswa saya duduk dikelas tiga SMA
,orang tuanya ingin dia masuk Sastra Inggris
karena menurut nya berprospek cerah disamping nilai bahasa Inggrisnya nyaris
sempurna.Harapan orang tua kelak kalau
dia lulus bisa bekerja diperusahaan asing atau paling tidak kemampuan bahasa
inggris berguna untuk menjadi guru. Tapi dia tidak mau malah ingin masuk ke jurusan
otomotif ,meskipun nilai matematika dan bagus tapi orang tuanya meragukan kemampuan siswa saya .Namun dia
tetap ngotot masuk kejurusan itu .Lantas
saya sebagai gurunya harus bagaimana…?”
Problem
Solution
Sering kali pemilihan jurusan itu menjadi
persoalan tersendiri bagi seorang siswa .Apabila memilih jurusan tanpa
pertimbangan yang masak ,yang terjadi bisa fatal akibatnya. Siswa bersangkutan
bisa tidak berprestasi dibangku kuliahnya bahkan bisa Drop Out dari kampus bersangkutan.Dalam
pemilihan jurusan banyak yang mempengaruhi siswa antara lain konsep idealnya
sendiri,ikutan teman,pengaruh trend fakultas yang laris,sampai tekanan dari
orang tua.Maka pengenalan cara dalam pengambilan keputusan menjadi penting.
Pertama
:Actual Situation VS Ideal Situation
Cita cita ,harapan tentang ingin jadi apa
sering kali merupakan konsep ideal. Boleh saja memiliki konsep ideal namun akan
berbuah pada kekecewaan jika harapan itu tidak terwujud lantaran kemampuan
tidak memadai namun kemauan terlalu tinggi.
Sehingga bisa harus gugur baru pada tahap seleksi,mengingat test
kemampuan potensi akademik lebih
mengukurpada kemampuan kognitif siswa dalam menyelesaikan pertanyaan pertanyaan
yang diajukan.Karena itu diperlukan actual situation,ajaklah siswa mengukur
kemampuannya sendiri dengan melihat capaian angka akademiknya,kemampuan ,hasil
test psikologi dan minatnya.Orang tua dan guru harus bijak dalam membaca data
dan kondisi actual siswa agar siswa juga dapat logis mengukur kemampuannya
sendiri.
Kedua
:Problem VS Opportunity
Jika kemudian anak melihat bahwa minat anak
dan kemampuan nya tinggi ,kemudian terkendala pada problem pembiayaan .Ajaklah
anak untuk melihat masalah itu sebagai tantangan opportunity dapat menyelesaikannya.Demikian juga sebaliknya jika
masalah justru muncul dari anak tidak berminat dan tidak memiliki kemampuan
pada jurusan yang dipilihnya sesungguhnya adalah problem.Lantaran anak pasti
akan menderita menjalankan tugas yang tidak disukainya dan dikuasainya.Sebagus
apapun prospek karir dari jurusan yang dipilihnya.
Ketiga
: Relates to the past VS looks to the future
Paradigma berpikir bahwa belajar
diperguruan tinggi hanya kuliah dengan meraih IPK setinggi tingginya tidak
salah karena dimasa lalu memang yang pintar pasti akan sukses. Namun dimasa
kini ,kebutuhan pasar kerja dimasa depan justru menuntut lulusan yang memiliki life skill dan soft skill artinya bukan hanya menguasi teori dari ilmu yang
dipelajarinya melainkan etos kerja,learn
how to do dan learning by doing
serta pengalaman real di masyarakat/industry secra factual. Mengandalkan kompetensi
akademik saja tidak lah cukup untuk saat ini.. Namun demikian mengukur
kompetensi siswa /peserta didik adalah lebih mudah dengan melihat capaian prestasi akademiknya
dimasa lalu dan digunakan untuk meneropong masa depannya.
Keempat
:Many Parent or teacher make mistake of
asking question too un cover only problem.
Banyak orang tua dan guru melakukan
kesalahan dalam memberikan jawaban atas
problem yang dihadapi siswa.Seringkali menggunakan persepsinya sendiri
dalam memberi wawasan pada siswa akan pilihan yang harus diambil nya. Dan tidak
jarang jawaban orang tua/guru tidak
didasari dengan sebuah analisa yang kuat namun berdasar presepsi nya sendiri.
Akibatnya bukan hanya siswa kecewa dan konflik
namun juga bisa menderita saat kuliah. Maka pentingnya berdialog secara logis
dengan siswa,agar siswa bisa mengambil keputusan yang tepat dalam memilih
jurusannya adalah lebih penting dari pada pendapat anda yang anda anggap
penting.
Siswa membutuhkan bimbingan yang logis dari orang tua /guru guna memiliki wawasan dalam
pengambilan keputusan menentukan jurusannya maupun
pilihan penting bagi kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar