“Sudah biarkan saja..!,memang biasanya
dia begitu selalu membantah dan menolak kalau disuruh suruh’. Seorang ibu dengan perasaan kesal dan wajah bersungut sungut kepada balitanya lantaran si anak selalu
menolak perintahnya. Bahkan para orang
tua dengan terang terangan memberikan label kepada anaknya sebagai anak yang
pembengkang bandel dan segudang label lainnya,alih alih membuat anak menjadi lebih baik malah sebaliknya mereka
bertambah bandel.
“Research shows that children want to be given reason for rules. But
parent should not expect much success with simplistic explanations that only
assert that some behavior is “good” or the right to do’, without
explaining how that behavior actually
affects the well being of other”. Ford M. E. “The Construct Validity of Egocentrism “.
Pada masa balita biasanya
memiliki kecenderungan sulit diatur dan menolak segala macam perintah dari
orang dewasa lainnya termasuk kedua orang tuanya sendiri, masa ini disebut masa
negativistik. Dimana jika dilarang mereka malah diperintah ,jika diperintah
malah menolak.
Di sisi lain pada masa ini anak sedang
membangun rasa percaya dirinya,melalui sikap menolaknya anak mulai belajar untuk mandiri dan
memisahkan diri dari bayang bayang orang tuanya. Melalui penolakan mereka
sedang belajar menunjukan kemandirian dengan kemampuan untuk mengungkapkan apa
yang dibutuhkandan dinginkannya serta berusaha menolak sebagai bentuk sikap
asertifnya.
Pada perkembangan kognitif anak
balita,mereka belajar tentang hukum kasualitas alias sebab akibat artinya
disebabkan pengalaman “trauma” atau pengalaman tidak menyenangkan atas
perlaukan tidak menyenangkan dari orang lain mengakibatkan ia membangkang atau menolak segala
macam perintah. Oleh karena itu orang tua tidak boleh secara frontal atau
secara langsung menyerang atau memarahi anak pada saat mereka menolak. Berikut beberapa cara agar
penolakan anak dapat membawa kebaikan pada proses tumbuh kembangnya:
1.
Cari sebabnya mengapa anak menolak dengan
mendengar lebih sabar penjelasan anak,atau mengajukan pertanyaan, “mengapa kamu tidak mau salim sama om ... ?”
2. Jika
memberikan perintah atau larangan gunakan bahasa yang dimengerti anak, “nanti kalu sudah sampai dirumah budhe
jangan lupa salim sama budhe dan pak dhe ya nak ...”
3.
Jangan sering membuat larangan kepada anak
,karena larangan yang sering dilakukan sering dilupakan dan selanjutnya
larangan menjadi tidak efektif, lakukan printah atau larangan pada saat dan
tempat yang tepat, agar anak tahu batasan , “adik nanti kalau dikantor mama jangan dekat dekat dengan colokan
computer ya...”
4.
Hindari mengancam atau memaksa anak apalagi
membuat anak merasa terancam karena semakin diancam anak semakin akan menolak
karena merasa mendapatkan perasaan tidak nyaman,sebaliknya berikan alasan , “kalau adek dekat kompor ,kompor itu panas dan bisa melukai adik ,ayah
tidak mau adek terluka ..”.
5.
Hargai penolakan anak apalgi jika penolkan
itu memiliki alasan yang positif bagi dirinya atau menghindari akibat yang
merugikan bagi dirinya, “bagus ...sepertinya
adik nggak mau diajak min hujan hujanan karena adik takut pilke dan masuk angin
ya..!
6.
Berikan kegiatan pengganti atau alternatif
pilihan saat anak belum mau segera mau melaksanakan perintah orang tuanya, “ ya sudah kalau kamu masih nonton marsha
and the bear, nanti setelah selesai adik harus mandi ya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar