Pokoknya itu punya aku ,semua nya buat aku “. Sering kita dengar
kata kata ini dari mulut simungil usia balita. Namun benarkah jika ini hanya
merupakan sebuah fase perkembangan psikologi saja dan apakah dampaknya jika
anak dibiarkan dengan tidak mau berbagi dengan yang lain kelak menjadi anak
yang benar benar tidak mau berbagi ..?
Perilaku anak tidak peduli ,main
rebut , ambil makanan atau mainan miliki orang lain adalah pemandangan yang
sering kita temukan pada anak balita. Dikarenakan anak balita terutama batita
masih belum mengrti arti konsep berbagi ,apa yang mereka inginkan adalah apa
yang harus dimilikinya. J Piaget seorang pakar perkembangan koginitif anak,
anak usia 2- 6 tahun memasuki fase
egosentrisme sebagai fase dimana anak memandang dirinya sebagai pusat perhatian
dari seluruh orang disekitarnya mereke cenderung berpikir dari sudut pandang
dan kepentingannya sendiri alias berpusat hanya kepada dirinya saja.
Start by making sure your child understands the other people have
fellings and desires just as he does and that these deserve consideration equal
to his own. You can teach your child to perceive another person symphatitecally
,as a life to be enhanced and not merely as an object to be used or
manipulated. There is is evidence that the more similiar we believe people are
to us ,the more sympathetic and kind we are to them . Krebs,D. Emphaty and
altruism ,Journal of Personality and Social Psychology .
Mengenalkan konsep berbagi kepada
anak sejak dini adalah penting agar supaya anak tidak hanya mementingkan diri
sendiri dan memiliki kepedulian terhadap orang lain dengan hal hal sederhana
seperti konsep memberi,meminjam dan mengembalikan (bukan untuk makanan ).
Dengan mengenal konsep berbagai anak diharapkan memiliki kepedulian dan kesetia
kawanan.
- Kenalkan
konsep kepemilikan : Ini baju
adik,ini tempat minum kakak , ini mainan kakak dsb pengenalan terhadap barang /benda yang
dimiliki anak akan memperkuat konsep berpikir anak tentang arti
kepemilikan diri sendiri dan kepemilikan orang lain agar supaya tidak main
rebut dan berani mengatakan
meminjam jika ingin memakainya.
- Keteladanan
orang tua lebih penting daripada sejuta nasehat,’ini rezeki yang kita kumpulkan saat nya sebagia kita sedekahkan
kepada orang yang membutuhkan, tetangga sebelah meminta beberapa biji cabe
tanaman kita karena tidak sempat kepasar ayo kita petikan dsb’ .jika anak
melihat kesenangan dan kebahagiaan orang tuanya dalam memberi sang anak
pun merasa senang jika dirinya juga bisa memberi ,anak mendapatkan experiential learning dari
keteladanan orang tuanya.
- Pengkondisian,pembelajaran
yang dapat membentuk perilaku anak adalah dengan mengkondisikan lingkungan
belajar anak untuk terbangun mindsetnya
tentang arti berbagai,permainan yang melibatkan kebersamaan seperti
menggambar bersama,bermain balok , bermain pudzeel dsb . Ini sepertinya
potongan pudzel yang kurang lengkap ada ditempat mama ,ini pakai supaya
kamu bisa menyempurnakan gambar. Cerita /dongeng tentang kegiatan berbagi dapat
membangun imjinasi anak untuk membentuk konsep berbagi.
- Ajak
berbagi bersama (barter) , “ini
coklat adek dibagi satu potongan buat kakak ,dan kakak berbagi satu
potongan eskrim buat adik,jadi adek bisa makan coklat dan eskrim demikian
juga kakak “. Dengan demikian anak bisa mengerti betapa menyenangkan
arti konsep berbagai dengan orang lain ,saling mendapatkan saling
menguntungkan dan saling menyenangkan.
- Berikan
cara bagaimana berbagi, “ini kue
mama yang kamu suka untuk kamu ,minta dong permennya, ayo kakak kan punya
tiga biskuit bagi dong kak ,adek juga punya permen dua bagi dong dik ..”.Kebiasaan
ini akan memberikan inspirasi kepada anak tentang caranya berbagi.
- Berikan
pujian dan penghargaan ,”bagus adek
sudah berbagai kue dengan temannya tadi ,sambil dipeluk “ . Hal ini
akan memperkuat konsep citra diri dam harga dirinya sehingga dapat
memperkuat perilaku berbaginya. Jangan sekali kali memberi label egois
atau individulis atau pelit kepada anak hanya akan membuat anak makin
memperkuat perilaku tidak suka berbaginya (karena konsep berbagi memang
belum difahami nya secara matang pada anak usia balita)... bersambung .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar