Zaman telah berubah ,demikian juga anak anak kita . mereka
hidup pada zamanya sendiri yang jauh berbeda dengan zaman kita dulu sebagai
orang tua. Perlakuan orang tua yang cenderung lebih memberdayakan,membebaskan
,menghindarkan anak dari kesulitan dsb. Membuat
pola komunikasi dan relasi ,anak dengan orang tuanya ,murid dengan gurunya bisa berubah drastis. Maka
Pertama : Tidak semua yang dianggap baik dan benar oleh orang tua /guru selalu benar dimata anak.
“Katakanlah kepada ahli kitab,janganlah kamu berlebih
lebihan dalam agama kamu dengan cara yang tidak benar. Dan janganlah kamu
mengikuti nafsu orang –orang yang sesat dahulu dan mereka menyesatkan orang
banyak dan mereka sesat dari jalan yang lurus…….. QS Al Maidah ayat 77-78.
“mama itu ,kan jadul”
Bu Guru Rungkut cuma pabrik
paku itu kan zaman ayahku sekolah kalau ibu lewat sana .bisa lihat pabrik apa
saja yang ada disana…”.
Pertanyaan pertanyaan kritis ini bisa merepotkan para orang
tua dan guru. Apalagi jika materi yang
diajarkan . Nilai hidup yang ditanamkan kepada anak berebeda dari kenyataan
yang dilihat ,didengar dan dirasakan mereka.
Sebagai orang tua dan guru mengandalkan pengetahuan yang dianggap
benar bisa menjadi bumerang bagi orang tua /guru itu sendiri.Bukan hanya
kebenaran tidak diterima melainkan ditolak ,ditentang bahkan dijauhi oleh anak.Anda
sebagai orangtua /guru ahkan tidak
disukai anak,jika memaksakan “kebenaran “yang anda anggap benar itu. “You have
to treat student individually ,because every body is different”.
Kedua orang tua perlu
mengembangkan wawasan ‘
“….. Dia memberi pengajaran kepada kalian agar kalian dapat
selalu ingat". QS Al Nahl :90.
Dari pengalaman penulis banyak orang tua yang menjadi tidak
percacaya diri untuk mengingatkan anaknya lantaran meresa kalah dalam
pengetahuan,pendidikan dsb.
“Saya Cuma lulusan SD sedangkan anak saya Mahasiswa..’
“Mereka murid yang berprestasi nasional ,kalau saya
menegurnya bisa berabe..!”
Jika para orang tua dan guru merasa tidak percaya diri
lantas bagaimana meyakinkan anak untuk percaya kepadanya. Tidak percaya diri
bisanya muncul karena merasa ada yang kurang dalam dirinya. Melalui banyak “belajar
‘ dari segala hal termasuk yang bakal dihadapi anak akan membuat rasa percaya
diri itu dapat terbangun .
Jadi jangan berhenti belajar..! mengutip bapak manajemen
Peter Druker : “we have to look out the window, and see what already happened
and what they really need’.
Ketiga : Tidak Bisa Memastikan Masa Depan .Namun Bisa Mempersiapkannya
“ Barang siapa yang mengerjakan amal saleh ,baik laki laki
dan perempuan dalam keadaan beriman,maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang lebih baik. Dan sesungguhnya akan kami berikan
kepada mereka balasan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan”. QS An Nahl :97.
“Ah percuma belajar ,paling paling lulus juga ngganggur”
pernyataan anak seperti ini memang merupakan naluri mempertahankan kemalasan
sekaligus mencari alasan namun juga kenyataan yang disampaikan adalah fakta kebenaran. Sehingga orang tua dan
guru pun bingung mencari penalaran untuk penjelasan yang tepat kepada anak seperti ini.
Tugas orang tua dan guru menghadapi seperti ini adalah
menjadi seorang leader,you have to consider the environment and their needs. Menemukan
kecemasan dan harapan yang mendasar dari dalam diri anak/siswa akan dapat
mendorongnya kearah perubahan. Meskipun perubahan bukan hal yang mudah melainkan
tugas orang tua dan guru yang mendorong
terciptanya perubahan itu.
Mendidik anak saat ini membutuhkan perubahan strategi.!...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar