Senin, 03 Agustus 2015

Pembelajaran Pengenalan Diri Batita : Gender Identity



Ma, aku ingin pakai lipstik dan rok kaya mama”, kata dion  kepada mamanya. Lantaran Dion sang anak laki laki yang baru berusia 2,5 tahun ini sering mengamati perilaku sehari hari mamanya saat berdandan.

Pada usia batita penting baginya untuk mengenali dan menemukan identitas jenis kelaminnya (gender identity) untuk memperjelas siapa dirinya apakah ia perempuan atau laki laki.” Kalau aku pakai rok kalau kamu pakai kemeja”. Sering kita dengan obrolan dari para batita. Pemahaman ini akan terus menguat hingga dewasa tentang identitas dan peran gender yang harus diembannya. Peran orang tua amat penting bagi pembentukan identitas gender sehingga kelak tidak mendatangkan kebingungan akan gendernya.

Bagaimana agar orang tua dapat memperkuat perbedaan  gender lantaran secara kodrati berbeda dan perlakuan serta peran gender dalam kehidupan adalah bersifat setara  kepada batita:
1.      “ Adek seperti papa saat lagi liburan sering bantuin mama masak didapur,dan seperti mama sering bantu papa saat membersihkan halaman rumah”. Dikarenakan batita lebih banyak belajar dari  melihat, mendengar, merasa dan mengalami dari lingkungan maka mama- papa, dalam menjalankan relasi hubungan suami istri semestinya menghindari sok kuasa, overprotektif dan tidak saling menghargai sehingga anak mendapatkan contoh langsung tentang kesetaraan hubungan ayah ibu atau relasi perempuan –laki laki.
2.      “Nggak  apa  apa kok kamu anak laki laki  menangis karena bersedih, karena hamstermu mati” . Tidak ada yang tabu bagi anak laki laki menangis atau mengungkapkan perasaannya dikarenakan untuk mengembangkan kemampuan mengelola emosi (EQ). Demikian juga tidak ada salahnya anak perempuan boleh kok mengungkapkan kemampuan “analisanya”, karena anak perempuan juga butuh berkembang kemampuan kognitifnya (daya pikirnya).  Sebagai manusia seutuhnya anak batita perlu belajar kemampuan adaptif melalui pengelolaan yang seimbang antara emosi dan kognisi.
3.      “ Kalau mama memasak buat kita, karena mama suka memasak dan ayah suka masakan mama”. Agar anak tidak membeda  bedakan  profesi dari jenis kelamin seperti ayah kekantor  dan ibu masak kedapur  sehingga pemahaman anak tentang profesi makin luas sehingga profesi bukan ditentukan oleh kodrat jendernya. Demikian juga ketika ibunya memilih menjalani profesi  diluar rumah seorang patut mendapatkan reinforcement, “lantaran ibu  harus mengamalkan ilmunya dan mengabdi pada negara ibu pergi kekantor”.
4.      Adek boleh main sama kakak mobil mobilan dan masak masakan”.  Tak ada kepastian atau keharusan bahwa setiap mainan harus menjadi milik laki laki atau perempuan, atau stereotyping gender  terhadap jenis mainan dan peran gendernya. Mengenalkan aneka mainan kepada anak akan memperkaya wawasan anak tentang ragam peran yang kelak bisa dijalani dikarenakan mainan adalah simbol imajinasi  dari kegiatan mereka.  Seluruh jenis mainan dan permainan dapat dilakukan anak dengan pendampingan dan pengawasan orang tuanya.
5.      Adek, kita ganti chanel yok”. Peran media televisi dengan ragam tayangan yang bisa mengaburkan peran jender hanya akan membuat anak ambigu dan bingung bagaimana menjadi laki –laki  tau perempuan sebagaimana mestinya. Batita kesulitan membedakan antara imajinasi dan  realita bahkan , mereka menganggap tayangan yang hanya merupakan khayalan dianggap sebagai relita. Oleh karena itu orang tua wajib memilih acara tayangan televisi dan mendampingi batita saat acara berlangsung. Termasuk tidak dianjurkan membrikan game gadget pada mereka.
6.      “Tono  bantu papa ambilkan obeng kecil  dan besar, sementara Tini  bersama mama siapkan makanan”.  Peran orang tua  merupakan sosok terdekat yang dijadikan role model oleh anaksehingga  dapat membantu anak dalam mengidentifikasi peran jender, mengingat anak pada usia batita adalah peniru yang baik (good imitator) . Anak butuh contoh bagaimana peran ayah dan ibu yang baik sebagai lakilaki dan perempuan, anak butuh contoh kongkrit dari perilaku ayah ibunya.Bersambung

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar