Senin, 27 Juli 2015

Ketika Batita Memiliki Teman Imajiner

“Adek, nanti kalau papa mama datang kita minta pergi ke resto favorit kita ya”. Seorang batita lucu berbicara dengan guling  kesayangannya.

Mengapa anak berbicara sendiri dengan gulingnya..?, Dimana masa balita anak belum bisa membedakan antara khayalan dan dunia nyata , bahkan yang khayal itupun dianggap nyata, maka benda benda diskiternya akan dijadikan teman bicaranya.Disamping itu perkembangan psikologis batita lebih terfokus pada dirinya sendiri , sering disbut sebagai egosentris bahasa sederhananya aank asyik dengan dunia nya sendiri.


Menurut Louis W Sander dalam tulisannya, “Issues in Early Mather-Child  Interaction” in Infant Pshyiatry: A New Synthesis,  mengatakan : “in part, at least, on the balance the mother can maintain between her emphaty with what she feels are the childs needs and her objecitivity in viewing him as an individual apart from  her own projections and displacemenets”.

Namun cukup banyak orang tua yang kurang faham akan dinamika psikologi batita tentang teman khayal/ teman imajinasi anak ini dengan menyebut anak sebagai pengkhayal atau lebih serem lagi dibilang “belajar gila”. Padahal pelabelan kepada batita pada tahap ini hanya akan menyakiti perasaan anak dan merusak  perkembangan  psikologi sekaligus menghambat kreatifitas   batita.  Lebih baik membantu anak untuk mengerti tugas perkembanganya seperti “Bilang si adek barbie ya, kamu mau tidur..” Lambat laun seiring perkembangan usia anak teman imajinernya akan ditinggalkan dan akan berteman dengan teman teman sebayanya.

Teman imajiner yang dimiliki batita menandakan anak memiliki imajinasi dan daya kreatifitas tinggi, melalui teman imajiner anak dapat mempersonifikasi benda sesuai dengan imajinasi nya terhadap benda itu. Misalnya “aku ngga bisa bobok dimobil kalau adik manis ku, guling kesayangan-ku nggak aku bawa”.

Teman imajiner menunjukan bukti bahwa batita telah menjalani proses perkembangan kognitif secara normal, Misalnya ketika anak memecahkan pot kesayangan mama dikarenakan anak tidak ingin disalahkan dan tidak boleh berbuat salah  sekaligus masih dalam tahap egosentris,  maka anak  akan berbicara kepada teman imajinernya, “ nanti kalau mama marah bantu aku ya untuk menjelaskannya..!”. Selanjutnya orang tua harus siap memaafkan  kesalahan anak sambil menjelaskan duduk persoalannya, “kita sama sama sedih, tanya sama temanmu pot kesayangan kita telah pecah”. Dengan begitu anak dapat menyadari kesalahannya dan belajar untuk tidak mengulanginya.

Teman imajiner berguna untuk penyaluran emosi anak, dikarenakan anak biasanya dalam kondisi lemah, tidak berdaya dan tidak dapat menjawab serta membela diri saat menghadapi “tekanan” orang tua/sosok dewasa lainya.  Oleh karena itu teman imajiner bagi anak akan dijadikan “teman curhat “ oleh mereka. “ Aku nggak suka sama nenek , dia jahat banget ,tadi kamu lihat nggak kita dimarahi..!”.


Melalui teman imajiner anak dapat berkembang rasa percaya diri dan kemampuan memimpinnya. Ketika anak merasa tidak berdaya dengan beragam aturan orang tua, anak menggunakan teman imajiner untuk menunjukkan kekuasaannya dengan mengatur teman imajinernya, “ kamu duduk disini yang tenang ya jangan ramai..kakak mau minum susu dulu..”.

Beberapa manfaat dari teman imajiner anak adalah  batita  memiliki keragaman bahasa dalam berbicara dengan teman imajiner, kemampuan imajinasi, meletih keterampilan emosi dan mengembangkan daya kreatifitas. Jadi bagi batita memiliki teman imajiner bukan lah sesuatu yang salah melainkan wajar dalam perkembangan psikologisnya. Malalui teman imajiner anak belajar mengambangkan rasa percaya dirinya...(bersambung).  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar