Sabtu, 04 Juli 2015

Meningkatkan Harga Diri Anak Sesuai Tahapan Usia Balita



“ Mama aku ingin pada lomba kali ini akulah juaranya, pasti bisa deh..”. Celoteh balita lucu ini kepada mamanya saat kompetisi kreatifitas di  sebuah taman hiburan anak anak.

“Even two year olds understand that other feelings and by four a child can bequite good recognizing situations that make people happy, sad , angry and affraid. By that age chid is certainly capable of recognizing that his own behavior can make people feel good or bad. The more you focus your child on people feelings, the more likely his own natural emphaty will be a rosed and the more helpful he’ll want to be........”. Barnet K, Children’s Cognition  about Effective Helping.    

Seorang bocah yang memiliki rasa percaya diri biasanya akan memiliki rasa penghargaan terhadap dirinya sendiri, mereka merasa bisa, merasa akan berhasil, merasa dapat tampil yang terbaik, tidak takut mengungkapkan perasaannya dan menyukai diri sendiri. Tentu saja mereka adalah hasil dari proses stimulasi dan pola asuh dari orang tua dan orang dewasa disekitarnya. Lantas bagaimana agar anak memiliki harga diri yang positif:

Usia 0-2 Tahun

Pada usia bayi respon sensori motorik memiliki peranan penting pada pembentukan kognitif dan kepribadiannya oleh karena itu bayi lebih membutuhkan “perasaan “ nyaman dan aman dari orang sekitarnya.

 Perlakukan bayi anda baik dalam psikis maupun sentuhan fisik dengan penuh perhatian, kasih sayang dan pola asuh serta perawatan yang dapat membuat dirinya merasa percaya bahwa anda sangat menyayanginya. Sehingga dia merasa percaya kepada dirinya sendiri karena dia percaya kepada perlakuan anda kepadanya dengan penuh kasih sayang.

Usia 3-4

Pada usia 3- 5 tahapan anak berpikir pada ranah kongkret , artinya sulit bagi anak untuk diajak berpikir konsep atau abstrak  dengan demikian seorang ibu /ayah harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang  bisa dirasakan dan dialami anak secara kongkrit dalam menumbuh kembangkan harga dirinya seperti

-          adek boleh kok gambar apa saja atau mencoret coret tapi di kertas yang mama sediakan atau dipapan tulis itu’. Hal tersebut memberikan dorongan kepada anak untuk mengeksplorasi diri tanpa membatasi dengan berbagai larangan yang tidak perlu, seperti tembok bersih pakai cat anti luntur  dari luar negeri dsb. Sehingga anak  merasa dihargai kepentingannya secara kongkrit.
-          “nggak apa apa nanti kita bersihkan bersama nasi yang berserakan ini, tapi adek hebat sudah bisa maem sendiri sampai habis”. Anak merasa terpenuhi kebutuhan dihargai lantaran orang tua telah memberi motivasi dan menghargai upaya anak walaupun belum berhasil secara sempurna .
-            Mam suka pada adek karena sesuai mainan pasti dibereskan”.Buatlah anak dihargai seperti apa adanya , jangan bandingkan dengan anak atau saudara nya yang lain saat pada usia yang sama mungkin lebih baik . Dikarenakan pembandingan itu dapat merusak harga dirinya sekaligus dapat memunculkan rasa permusuhan antar saudara, sibling rivalry .

Usia 5-6 Tahun

Pada usia 5 – 6 tahun anak sudah mulai ingin memiliki teman sepermainan, mereka sudah mulai melepaskan diri dari sifat egosentrisnya, anak belajar untuk bisa menyenangkan orang lain sekaligus anak sudah mulai belajar meniru berbagai gaya orang dewasa yang dianggap menarik.
-          Gambar pemandangan kamu indah itu ada  bunga matahari ditengah pemandangan”. Pujian yang jelas dan deskriptif dapat memperkuat pemahamannya bahwa pujian bukan sekedar menyenangkannya tapi sebuah perhatian serta penghargaan atas upaya yang sudah dilakukannya.   
-          “Nanti adek boleh ikut ke supermarket kita belanja sayur dan buah ya..”. berbelanja bersama anak, membacakan cerita bermain bersama anak akan membuat anak merasa kehadirannya dibutuhkan oleh orang tuanya. Jadilah sahabat baik bagi  balita anak agar anak makin kuat harga dirinya.
-          “Tidak apa apa kali ini hasil gambar belum dapat nilai A dari guru mu, nanti kamu pasti bisa buat yang lebih baik”. Pengalaman belum berhasil bagi anak balita  semestinya adalah proses  dan pengalaman pembelajaran yang dapat memperkuat harga dirinya, oleh karena itu jangan pernah menyalahkan atau memarahi anak yang sedang menjalani proses belajarnya sebagai tahapan tumbuh kembang kepribadiannya.   Berikan semangat dan ajaklah untuk mengevaluasi sebab kegagalannya. Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar