Jumat, 02 September 2011

3 Langkah Bijak Orang Tua / Guru di Era Global (Contextual Learning By Koran/Qur'an ))

Zaman telah berubah ,demikian juga anak anak kita . mereka hidup pada zamanya sendiri yang jauh berbeda dengan zaman kita dulu sebagai orang tua. Perlakuan orang tua yang cenderung lebih memberdayakan,membebaskan ,menghindarkan anak dari kesulitan  dsb. Membuat pola komunikasi dan relasi ,anak dengan orang tuanya ,murid dengan gurunya  bisa berubah drastis. Maka


Pertama : Tidak semua yang dianggap baik dan benar oleh  orang tua /guru selalu benar dimata anak.

“Katakanlah kepada ahli kitab,janganlah kamu berlebih lebihan dalam agama kamu dengan cara yang tidak benar. Dan janganlah kamu mengikuti nafsu orang –orang yang sesat dahulu dan mereka menyesatkan orang banyak dan mereka sesat dari jalan yang lurus…….. QS Al Maidah ayat 77-78.

“mama itu ,kan jadul”
 Bu Guru Rungkut cuma pabrik paku itu kan zaman ayahku sekolah kalau ibu lewat sana .bisa lihat pabrik apa saja yang ada disana…”.

Pertanyaan pertanyaan kritis ini bisa merepotkan para orang tua dan guru.  Apalagi jika materi yang diajarkan . Nilai hidup yang ditanamkan kepada anak berebeda dari kenyataan yang dilihat ,didengar dan dirasakan mereka.

Sebagai orang tua dan guru mengandalkan pengetahuan yang dianggap benar bisa menjadi bumerang bagi orang tua /guru itu sendiri.Bukan hanya kebenaran tidak diterima melainkan ditolak ,ditentang bahkan dijauhi oleh anak.Anda sebagai orangtua /guru ahkan  tidak disukai anak,jika memaksakan “kebenaran “yang anda anggap benar itu. “You have to treat student individually ,because every body is different”.

Kedua  orang tua perlu mengembangkan wawasan ‘


“….. Dia memberi pengajaran kepada kalian agar kalian dapat selalu ingat". QS Al Nahl :90.


Dari pengalaman penulis banyak orang tua yang menjadi tidak percacaya diri untuk mengingatkan anaknya lantaran meresa kalah dalam pengetahuan,pendidikan dsb.

“Saya Cuma lulusan SD sedangkan anak saya Mahasiswa..’
“Mereka murid yang berprestasi nasional ,kalau saya menegurnya bisa berabe..!”

Jika para orang tua dan guru merasa tidak percaya diri lantas bagaimana meyakinkan anak untuk percaya kepadanya. Tidak percaya diri bisanya muncul karena merasa ada yang kurang dalam dirinya. Melalui banyak “belajar ‘ dari segala hal termasuk yang bakal dihadapi anak akan membuat rasa percaya diri itu dapat terbangun .


Jadi jangan berhenti belajar..! mengutip bapak manajemen Peter Druker : “we have to look out the window, and see what already happened and what they really need’.

Ketiga : Tidak Bisa Memastikan Masa Depan .Namun Bisa Mempersiapkannya

“ Barang siapa yang mengerjakan amal saleh ,baik laki laki dan perempuan dalam keadaan beriman,maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang lebih baik. Dan sesungguhnya akan kami berikan kepada mereka balasan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. QS An Nahl :97.


“Ah percuma belajar ,paling paling lulus juga ngganggur” pernyataan anak seperti ini memang merupakan naluri mempertahankan kemalasan sekaligus  mencari alasan namun juga  kenyataan yang disampaikan  adalah fakta kebenaran. Sehingga orang tua dan guru pun bingung mencari penalaran  untuk penjelasan yang tepat kepada anak seperti ini.

Tugas orang tua dan guru menghadapi seperti ini adalah menjadi seorang leader,you have to consider the environment and their needs. Menemukan kecemasan dan harapan yang mendasar dari dalam diri anak/siswa akan dapat mendorongnya kearah perubahan. Meskipun perubahan bukan hal yang mudah melainkan tugas orang tua dan guru  yang mendorong terciptanya perubahan itu.

Mendidik anak saat ini membutuhkan  perubahan strategi.!...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar