Jumat, 18 Februari 2011

Kamu Masih Kecil !!!


Kamu Masih Kecil !!!


Mungil ,begitu ia disebut .Merasa dongkol karena harapannya untuk dianggap sudah dewasa tak kunjung kesampaian. Meskipun saat ini dirinya sudah kelas XI:”saya sering dikungkung sama papa- mama,semua kegiatan saya selalu diminta lapor.Bahkan ketika mereka bertengkar saya mencoba member masukan…nggak usah ikut campur begitu katanya kank.Saya sedih kank sekaligus dongkol mengapa “suara saya tidak dianggap. Apa yang mesti saya lakukan supaya mereka tahu klo aku sudah GD ?,Katanya sambil menitikan air mata .

Saya mencoba mendengar keluhan nya tanpa banyak bertanya…lalu Mungil melanjutkan: “Ditambah lagi, kank beberapa guru yang saya pikir bisa memperlakukan saya sebagaimana mestinya malah sama saja dengan mama,mereka bilang memang saya pantas diperlakukan begitu . Karena kata mereka mama-papa saya begitu karena sangat mencintai saya…saya tahu itu , kank. Tapi kok guru ku nggak ngertiin perasaannku …!”


“Oke !,pernahkah kamu tanyakan dan nyatakan bahwa perlakuan mereka yang menganggap kamu masih kecil itu menyakitkan perasaan mu…?”


“Ya !, mereka bilang pokonya papa- mama gak pingin kamu neko –neko …!’Itu jawabnya kank”.


Kebiasaan menganggap anaknya masih kecil oleh orang tua pada umum nya disebabkan anak dianggap masih terlalu sedikit pengetahuan dan pengalaman tentang arti hidup,orang tua mempertahankan ego pibadi sehingga sulit menerima saran –masukan apalagi kritikan dan orang tua memiliki latar belakang pengalaman traumatik serta kurang harmonisnya kehidupan rumah tangga. Akibatnya para orang tua melakukan pengalihan “kepedihan”diri sendiri kepada anak.

Sedangkan biasanya reaksi anak dalam menghadapi perilaku orang tua yang seperti ini,menjadi cuek ataupun caper guna memenuhi kebutuhan rasa pengakuan guna pencarian jati dirinya.

Lantas bagaimana caranya agar anak menyadari kondisinya dan bagaimana mempercayainya…?

Pertama ,CEK perlakuan Anda kepada Anak. Ketika anda menganggap anak sebagai anak kecil apakah lantaran anda melihat ketidak berdayaannya atau justru anda tidak berya mengatasi “persoalan” anda sendiri. Sehingga perlakuan anda kepada anak bukan sekedar pelepasan emosi negatip yang anda rasakan.

Kedua ,Yakinkan Diri ,bahwa anak harus belajar dan diberi kesempatan belajar untuk membuktikan bahwa dirinya sudah “dewasa”. Mulailah membuka kran komunikasi dengannya dengan dialog dan mendiskusikan pilihan siakap yang diambil sekaligus konsekuensi logisnya. Siaplah menerima perbedaan yang bakal terjadi antara anda dan anak.Ajari anak untuk berani ungkapakan pendapatnya dalam pemecahan persoalan persoalan yang dihadapi keluaraga…miliki kebesaran hati untuk mengahargai dan mengerti harapan serta gagasan anak.


Di masa depan anak anak butuh rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan zaman..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar